LASUANG TINGGA

RIRI MAYSAL LEGI
(Kader PKM LPPM Unand 2021)
Editor: Yudhi Andoni

Kato.id

Lasuang mungkin kata-kata ini tidak asing bagi orang Minangkabau.
Lasuang adalah alat tradisional yang digunakan masyarakat sebagai alat pemisah padi dan kulitnya. Lasuang digunakan untuk kegiatan menumbuk padi menjadi butiran beras; atau menumbuk beras menjadi tepung.
Lasung dapat terbuat dari batu atau kayu.

Dulu masyarakat Jorong Kuok III Koto, Nagari Matua Mudiak, Kec. Matur, Kab. Agam menggunakan lasuang secara tradisional. Mereka mengeruk batu atau membuatnya dari kayu yang banyak tumbuh di negeri ini. Setelah lesung dibuat, maka mereka pun membuat alu, penumbuk padi dari kayu panjang dengan ujungnya dibuat tumpul dan bulat. Biasanya ada dua atau tiga perempuan di tiap lasuang menumbuk padi. Bila didengar baik-baik, terkadang tumbukan lesuang itu mendatangkan irama alam yang mengasyikan bagi yang mendengar.

Beberapa tahun yang lalu Masyarakat Di jorong Kuok III Koto sebelum adanya mesin heler menggunakan lasuang sebagai sarana untuk menumbuk padi dan membuat tepung. Proses membuat tepung caranya mudah; yakni dengan memasukan beras yang sudah dicuci ke dalam lasuang; kemudian ada dua orang yang biasanya kaum ibu ibu masing masing memegang alu menumbuh padi secara bergantian sampai beras hancur jadi serpihan halus.

Orang-orang di Jorong Kuok III Koto mayoritas di setiap rumahnya mempunyai lasuang, karena hanya itu alat yang digunakan untuk menumbuk padi dan membuat tepung. Apalagi saat musim panen tiba masyarakat akan ramai sekali di lasuang tersebut untuk menumbuk padi yang nantinya akan dimasak untuk makan keluarga. Selain itu menurut pendapat orang–orang yang dahulunya memakai lasuang untuk menumbuk, tepung yang mereka hasilkan untuk diibuatkan kue, biasanya tepung yang dihasilkan dari lasuang lebih kembang, dan wangi daripada hasil olahan mesin seperti sekarang.

Sayang, dengan kemanjuan teknolongi sekarang, hal ini mengubah beberapa aspek kehidupan masyarakat Jorong Kuok III Koto. Salah satunya mereka tidak lagi mengunakan lasuang yang selama ini mengandalkan tenaga manusia. Sekarang orang mengandalkan segala sesuatu dengan menggunakan tenaga mesin. Sebuah kehilangan yang patut diinap-inapkan betul, karena tak saja lembaganya yang tak berfungsi, tapi juga manfaat sosialnya; terjalinnya silaturahmi di antara anak-negeri.

Jadi jangan diherankan, dengan perkembangan tersebut, maka masyarakat di Jorong Kuok III Koto jarang sekali menggunakan lasuang, bahkan bisa dikatakan tidak ada lagi yang menggunakannya. Padahal banyak nilai-nilai yang ada di dalam lasuang dan alu itu. Keduanya mengajarkan masyarakat untuk bekerja sama, dan sabar. Itulah sayangnya, sekarang lasuang sudah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *