Umat Islam dan Gerakan Anti-Kolonial

Oleh
Yudhi Andoni
(Dosen Sejarah, FIB, Unand)

kato.id/1 Agustus 2023.

Negara Kolonial Belanda pada awal abad ke-20 tidak saja kafir, anti-Islam, bahkan menumbuhkan suasana sekularisme dalam masyarakat terutama melalui sistem pendidikan Barat yang dikenalkan pada 1900 melalui kebijakan Politik Etis (Novriyanto et al., 2022; Syarif, 2019). Pendidikan Barat yang dikembangkan pemerintah kolonial salah satu tujuannya adalah menjauhkan masyarakat dari tuntunan agama Islam.

Banyak para tamatan sekolah kolonial seperti H.I.S (Hollandsch-Inlandsche School), Normaal School, H.B.S (Hoogere Burgerschool), M.U.L.O (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), dan sekolah tinggi tingkatan sarjana menjadi sangat liberal dan bahkan cenderung ateis. Jadi tidak heran paham nasionalisme yang awalnya diusung tamatan sekolah Barat ini disyak wasangkai kalangan Islam sebagai kaki tangan kolonial.

Nasionalisme bukanlah paham awal gerakan anti-kolonial di Indonesia. Gerakan anti-kolonial awal justru digerakkan kelompok Islam, baik dari guru-guru agama, maupun organisasi modern orang Islam. Sejarah mencatat misalnya gerakan petani Banten yang dipelopori murid-murid Syekh Nawawi al-Bantani (Suwarjin, 2017).

Organisasi modern orang Islam pertama yang anti-kolonial adalah Syarikat Dagang Islam (SDI) yang muncul pada 1911 (Kasim, 2016). SDI kemudan berubah menjadi Sarikat Islam (SI) setahun kemudian. Munculnya SI dengan tokoh utama H.O.S Cokroaminoto dan Abdul Muis makin meneguhkan gerakan anti-kolonial Umat Islam di perkotaan.

Sementara di pedesaan Indonesia gerakan anti-kolonial dipimpin kelompok tarekat, seperti dalam Pemberontakan Petani Banten pada 1888. Pemberontakan ini dipimpin murid-murid Syaikh Abdul Karim, murid utama pendiri tarekat Qadiriyyah Naqsabandiyyah, Syekh Ahmad Katib Sambas (Azka Fahriza, 2019). Selain itu terdapat nama KH. Ahmad Rifa’i Kalisalak (Rofii & Sujati, 2022), Kiai Ṣāliḥ Darat (Misbah, 2016), Kiai Abbas Buntet, dari Cirebon (Rofii & Sujati, 2022), dan banyak lagi.

Meskipun gerakan anti-kolonial di Indonesia digerakkan melalui ulama tarekat dan organisasi modern seperti SI, namun kerangka tujuan aksi mereka belumlah jelas; apakah negara kolonial ini dibubarkan dan digantikan dengan model pemerintahan Islam? Tidak ada kejelasan dari para pemimpin Islam kala itu. Mereka cenderung anti-kolonial sebagai respon terhadap kekejaman kebijakan pemerintah kolonial Belanda.

Gerakan anti-kolonial Islam mulai mendapati tujuannya pasca keruntuhan kekalifahan Utsmani. Kekhalifahan ini sejak lama dianggap representasi umat Islam se-dunia. Ketika kekuasaan kekalifahan ini runtuh pada 1924, kala itu pula terpercik kesadaran kebangsaan umat Islam Indonesia (Jannah et al., 2017).

Kesadaran kebangsaan umat Islam sebagai lanjutan dari gerakan anti-kolonial mereka mendapati bentuk dalam gerakan kiri dan nasionalisme. Dua jenis gerakan ini melahirkan tokoh-tokoh Marxist Islam dan Nasionalis Islam yang menjadi tulang punggung Revolusi di tahun 1945-1949. Namun ironinya tokoh-tokoh pejuang Islam itu mengalami marginalisasi pasca kemerdekan, terutama era Demokrasi Terpimpin Sukarno, dan Orde Baru Suharto.

Bahan Bacaan

Ariwibowo, T. (2021). Strategi Perang Semesta: Pertempuran Pangeran Diponegoro Menghadapi Belanda 1825-1830. Syntax Literate ; Jurnal Ilmiah Indonesia, 6(5). https://doi.org/10.36418/syntax-literate.v6i5.2742
Azka Fahriza, M. (2019). Tarekat dan Kultur Perlawanan Islam Indonesia. SIASAT, 3(2), 46–50. https://doi.org/10.33258/siasat.v1i2.10
Azyumardi Azra, 1955-. (2004). Jaringan ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara abad XVII dan XVIII : melacak akar-akar pembaruan pemikiran Islam di Indonesia (Ed. rev. cet. 1). Kencana.
Bahiej, A. (2006). Sejarah dan Problematika Hukum Pidana Materiel di Indonesia. Sosio-Religia, 5(2).
Fatimah, S. (2018). Pengaruh Komunis Terhadap Radikalisme Pelajar Sumatera Thawalib Di Padang Panjang Tahun 1923 – 1927. Ilmu Sejarah – S1, 3(2).
Hanafi, S., & Hardi, E. (2021). Sumatra Thawalib Padang Panjang dan Masuknya Paham Komunis Pada Tahun 1923. Jurnal Kronologi, 3(1). https://doi.org/10.24036/jk.v3i1.118
Ilyas, I. (2020). Islam dan Kebangsaan: Pergumulan dalam BPUPKI, PPKI, dan Piagam Jakarta. Buletin Al-Turas, 26(1). https://doi.org/10.15408/bat.v26i1.13921
Jannah, M., Sukino, P., & Sadikin, M. (2017). Nasionalisme di Dunia Islam. MASA: Journal of History, 2(1), 18–28.
Kasim, M. (2016). Organisasi Islam dan Pengarunya Pada Hukum Islam di Indonesia. Jurnal Ilmiah Al-Syir’ah, 7(1). https://doi.org/10.30984/as.v7i1.59
Malaka, T. (1922). Komunisme dan Pan-Islamisme. Yayasan Massa, 1922.
Marzali, A. (2020). PEMBERONTAKAN KOMUNIS SILUNGKANG 1926–1927 SEBUAH GERAKAN ISLAM REVOLUSIONER. Paradigma: Jurnal Kajian Budaya, 10(1). https://doi.org/10.17510/paradigma.v10i1.394
Masri, H., Suprayitno, S., & Ratna, R. (2018). War Strategy Done by Gayo and Alas People Against Dutch Colonial (1901-1912). Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal) : Humanities and Social Sciences, 1(2). https://doi.org/10.33258/birci.v1i2.10
Misbah, A. (2016). PROPAGANDA KIAI ṢĀLIḤ DARAT DAN HARMONI NUSANTARA (Telaah Kitab Minhāj Al-Atqiyā`). FIKRAH, 4(1), 96. https://doi.org/10.21043/fikrah.v4i1.1629
Mulya, L.-. (2018). KEBIJAKAN MARITIM DI HINDIA BELANDA: Langkah komersil pemerintah kolonial. MOZAIK: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Dan Humaniora, 7(1). https://doi.org/10.21831/moz.v7i1.5543
Nasbi, I. (2019). JAMALUDDIN AL-AFGHANI (PAN-ISLAMISME DAN IDE LAINNYA). Jurnal Diskursus Islam, 7(1), 70–79. https://doi.org/10.24252/JDI.V7I1.9805
Nasuhi, H. (2020). Tasawuf dan Gerakan Tarekat di Indonesia Abad ke-19. Refleksi, 2(1). https://doi.org/10.15408/ref.v2i1.14387
Noupal, M. (2016). Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia Abad 19 dari Ortodoksi ke Politisasi. Intizar, 22(2). https://doi.org/10.19109/intizar.v22i2.943
Novriyanto, Y., Apriyana, S. B., & Komariyah, S. (2022). Pengaruh Pengaruh Kebijakan Politik Etis Terhadap Perkembangan Pendidikan di Indonesia. Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Sosial, 1(1).
Prasadana, M. A. F., & Gunawan, H. (2019). KERUNTUHAN BIROKRASI TRADISIONAL DI KASUNANAN SURAKARTA. Handep: Jurnal Sejarah Dan Budaya, 2(2). https://doi.org/10.33652/handep.v2i2.36
Rofii, A. F., & Sujati, B. (2022). PERJUANGAN KEMERDEKAAN KIAI ABBAS BUNTET CIREBON PADA 1928-1945. Zawiyah: Jurnal Pemikiran Islam, 8(2), 65. https://doi.org/10.31332/zjpi.v8i2.4302
Setiawan, I. S. (2018). Islam dan Nasionalisme: Pandangan Pembaharu Pendidikan Islam Ahmad Dahlan dan Abdulwahab Khasbullah. Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies, 2(1). https://doi.org/10.21009/hayula.002.1.01
Suwarjin, S. (2017). BIOGRAFI INTELEKTUAL SYEKH NAWAWI AL-BANTANI. Tsaqofah Dan Tarikh: Jurnal Kebudayaan Dan Sejarah Islam, 2(2). https://doi.org/10.29300/ttjksi.v2i2.717
Syarif, M. (2019). Politik Etis pemerintah Kolonial Hindia Belanda dan pengaruhnya terhadap pesantren. Inovatif, 5(1).
Tedy, A. (2017). TAREKAT MU’TABAROH DI INDONESIA (Studi Tarekat Shiddiqiyyah dan Ajarannya). El-Afkar, 6.
Utami, I. W. P. (2015). Monetisasi dan Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Jawa Abad XIX. Sejarah Dan Budaya, 09(01).
Van den Avenne, C. (2021). Colonialisme. Langage et Société, Hors série(HS1). https://doi.org/10.3917/ls.hs01.0048
Zainurofieq, Z. (2021). Gerakan Politik Kaum Tarekat dalam Sejarah Indonesia. Jurnal Iman Dan Spiritualitas, 1(4). https://doi.org/10.15575/jis.v1i4.15027
Zed, M. (2004). Pemberontakan Komunis Silungkang 1927: Studi Gerakan Sosial di Sumatera Barat. Syarikat Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *