Sejarah Rempah Indonesia, Kuatkan Memori Kolektif Bangsa

Oleh

Setya Ningsih, S.S.

(Komite Pembelajaran  SMAN 1 Timpeh, Kabupaten Dharmasraya)

Bangsa mana yang tidak silau melihat betapa maha besar karyaNya atas negeri bernama Indonesia ini. Pada setiap jengkal tanah Indonesia, mendesah sumber kehidupan. Di negeri ini betapa tumbuh suburnya rempah-rempah yang sangat berguna bagi kehidupan  manusia.

Rempah-rempah digunakan sebagai bahan masakan, penghangat, dan obat-obatan. Terdapat 7 jenis rempah yang sangat diperlukan bangsa di dunia, terutama bangsa Eropa, yaitu lada, kayu manis, pala, vanila, cengkeh, kunyit dan jahe, yang semuanya tumbuh subur di seantero kepulauan Indonesia. Keberadaannya ini menbentuk jalinan kekayaan negeri dan merajut kebhinekaan antar-Pulau.

Peta Jalur Rempah abad ke-8 M
Akses dari https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Asian_trade_routes_ca._AD_800.jpg

Bagi bangsa Indonesia, multikulturalisme adalah suatu keniscayaan dan keharusan. Keragaman ras, suku, bahasa, budaya dan agama merupakan ciri khas, serta kelebihan bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa lain. Sementara itu perasaan yang mengikat kohesivitas persatuan masyarakat antar-pulau adalah adanya rasa senasib sebagai satu bangsa. (https://jalurrempah.kemdikbud.go.id ).

Penting

Rempah-rempah memiliki peran penting dalam jalur pelayaran pada masa lampau. Rempah-rempah menjadi barang komoditas berharga hingga mampu menarik bangsa-bangsa asing, seperti Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda untuk hadir di Nusantara. Sejarah rempah sebelum hadirnya bangsa asing serta jaringan-jaringan perdagangan rempah di Nusantara sangat komplek, membentuk ikatan kuat peradaban umat manusia. Jaringan perdagangan rempah telah menghubungkan rasa, asa, karsa dan cipta di segala bidang kehidupan. Rempah telah memperkuat identitas Nusantara  di atas panji panji kekayaan karunia Ilahiah. Sungguh Tuhan Sang Pemurah pada setiap pori Pertiwi, sehingga dapat menyembul rempah yang tidak dimiliki negeri lain.

Kapal Bugis di awal abad ke-20

Jiwa petualangan yang tinggi dan kemajuan teknologi seperti penemuan kompas, peta, dan bumi itu bulat oleh Copernicus, membuat bangsa Eropa bertambah arogan mencari letak Nusantara. Jatuhnya Kota Konstatinopel ke tangan Turki Usmani, membuat bangsa Barat kehilangan tempat yang sangat vital untuk mendapatkan rempah-rempah. Mereka bertekad mencari langsung ke sumbernya, selain banyak jumlahnya, juga murah harganya.

Histori rempah kemudian menjadi sangat menyedihkan. Keberadaannya dirampas di negeri tempat tingggalnya sendiri. Kedatangan pengelana jauh itu tidak dinanti, namun nyata telah menjadi pelecut ambisi. Kesuburan bumi Nusantara menjadi titian menuju hidup bahagia bagi mereka. Tanpa kenal naluri kemanusiaan, perilakunya telah menyayat nilai-nilai tradisi lokal dan meninggalkan penderitaan yang tajam.

Setiap tahunnya cengkeh yang masuk ke Eropa sekitar 6 metrik ton, dan buah pala 1,5 metrik ton. (Kompas.com, Minggu 9 Februari  2020). Portugis adalah pelopor imperialism kuno yang mendarat tahun 1511 di Malaka. Kedatangannya bertujuan menguasai rempah rempah Indonesia. Tahun 1521 misi mereka kemudian berlanjut ke Maluku dengan bersinergi dengan kerajaan Tarnate. Tahun 1522 Spanyol datang juga untuk menguasai Maluku dengan bersinergi dengan Kerajaan Tidore.

Pergerakan nasionalisme

Histori rempah mengantarkan pergerakan nasional. Kesamaan cita-cita dan tujuan Indonesia sebagai negara dengan penghuni kini sekitar 267 juta jiwa. Penduduk di Indonesia tersebar di 34 Propinsi, 516 Kabupaten/kota, 7.024Kecamatan, 8.479 kelurahan dan 74.953 Desa. Dalam kondisi yang demikian itu, Indonesia menyimpan beraneka rupa budaya, agama, etnis dan juga ras. (Jurnal Kearsipan, Volume 14 Nomor 2, Desember 2019, hal. 137).  Dalam kontek latar belakang sejarah memiliki  persamaan nasib, kepentingan dan cita cita ini mengantarkan mereka hidup dengan cinta yang amat besar  terhadap Indonesia.

Para tokoh Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda

Perjalanan rempah menyisakan kenangan sejarah terpahit bagi bangsa ini. Di sisi lain mewariskan nilai karakter bangsa amat mendalam tentang kemurahan Tuhan memberikan harta melimpah. Dengan mengetahui sejarah rempah-rempah di Indonesia, akan tumbuh memori kolektif bangsa untuk terus dapat menjaga  karakter dan identitas nasional dalam mengokohkan integrasi bangsa dan wilayah NKRI. Sejarah harus menjadi referensi dalam setiap pikiran, ucapan, dan tindakan kita sebagai anak bangsa.

Sejarah harus menjadi panduan dalam menentukan arah perjalanan bangsa, melewati dimensi ruang dan waktu. Pendidikan Sejarah adalah alat transformasi utama untuk mengejawantahkan masa lalu yang gemilang, dan para Guru Sejarah merupakan instrumen utama yang berperan sebagai ujung tombak mewariskan pengetahuan, serta nilai masa lalu melalui ruang-ruang kelas mereka” (Sumardiansyah Perdana Kusuma, Presiden Asosiasi Guru Sejarah Indonesia).

Kesadaran kolektif

Sejarah rempah di Indonesia menguatkan kesadaran kolektif bangsa bahwa kita adalah negara yang kaya memiliki cita cita dan tujuan yang sama. Sejarah rempah di Indonesia membentuk kesadaran kolektif bangsa dengan warisan nilai-nilai karakter di dalamnya. Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,dan politik bangsa. Karakter ini menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku,dan agama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *