Lautan Indonesia Darurat Limbah Plastik

Sampah Plastik

kato.id Gambaran lanskap pantai dalam imajinasi manusia lazimnya adalah tempat yang indah dan eksotis, menyegarkan mata dan pikiran. Pantai-pantai di Indonesia diakui dunia keindahannya bagai kepingan dari surga. Namun, agak miris rasanya semakin hari pantai kita semakin kotor. Penulis pernah terlibat dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan tema bersih-bersih pantai. Masih melekat di ingatan penulis, saat itu sekitar 700 pasang tangan yang memungut sampah dalam radius 1 km di Pantai Padang ternyata belum cukup membuat perbedaan. Masyarakat kita sangat bergantung pada penggunaan bahan plastik terutama untuk kemasan makanan sekaligus sangat permisif dengan perilaku ‘nyampah’, apalagi di kawasan wisata pantai. Kini langka sekali kita temukan orang yang mau menegur perilaku buang sampah sembarangan. Penulis sendiri enggan. Takut malah dimaki. Mungkin memang benar itu sudah membudaya dalam masyarakat kita.

Masalah penanganan sampah di Indonesia masih merupakan tantangan serius yang perlu segera diatasi. Data yang disediakan oleh Plastic Bank Indonesia mengungkapkan bahwa setiap tahunnya, sebanyak 4,9 juta ton sampah plastik tidak dikelola dengan baik di negara ini. Hal ini mengindikasikan bahwa pengelolaan sampah plastik di Indonesia masih jauh dari ideal.

Angka yang mencengangkan ini sangat memprihatinkan, terutama jika kita mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan laut. Dalam konteks ini, 83 persen dari total sampah plastik yang dihasilkan di Indonesia ternyata berakhir bocor ke laut. Ini adalah fakta yang sangat mengkhawatirkan, karena sampah plastik yang mencemari laut dapat mengancam ekosistem laut yang berharga.

Ekosistem laut yang seharusnya menjadi sumber daya alam yang berkelanjutan, kini menghadapi ancaman serius akibat limbah plastik. Sampah plastik yang mencemari laut dapat merusak terumbu karang, mengancam kehidupan biota laut, dan mengganggu rantai makanan di ekosistem laut. Selain itu, sampah plastik juga dapat memengaruhi sektor pariwisata yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia, karena lingkungan laut yang bersih dan indah menjadi daya tarik utama bagi wisatawan.

Selain itu, sayangnya, ketika destinasi wisata alam dibuka untuk pengunjung, seringkali kita melihat akumulasi sampah yang sangat mengkhawatirkan. Hal ini mencerminkan adanya permasalahan dalam pengelolaan sektor pariwisata, terutama terkait dengan menjaga kebersihan laut dan lingkungan alam.

Tempat-tempat wisata alam yang seharusnya menjadi daya tarik utama bagi pengunjung seringkali tercemar oleh tumpukan sampah yang luar biasa. Ini adalah situasi yang sangat disayangkan, karena berpotensi merusak pengalaman wisatawan dan menciptakan dampak negatif terhadap ekosistem laut yang sensitif. Keindahan alam yang semestinya menjadi daya tarik utama wisatawan dapat terganggu oleh masalah sampah plastik.

Pengelolaan pariwisata yang efektif harus mencakup tindakan nyata untuk menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan alam. Ini mencakup pembersihan rutin, penyediaan tempat-tempat pembuangan sampah yang memadai, serta edukasi terhadap pengunjung tentang pentingnya menjaga lingkungan alam. Pengelola wisata dan pemerintah setempat juga perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa tempat-tempat wisata tersebut tetap terjaga dengan baik.

Minimnya Kesadaran Masyarakat

Berdasarkan data yang diperoleh dari Ditjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam buku “Statistik Kualitas Air, Udara, dan Tutupan Lahan” tahun 2020, ditemukan bahwa jenis sampah laut yang paling banyak ditemui adalah Kantong Plastik buram/bening. Artinya, jenis sampah plastik ini menjadi penyumbang terbesar dalam pencemaran laut di Indonesia.

Selanjutnya, ketika melihat data provinsi-provinsi dengan berat sampah laut terbesar, dominasi ditemukan di Kalimantan dan Sulawesi. Ini menunjukkan bahwa masalah sampah plastik di lingkungan laut ini menjadi perhatian khusus di wilayah-wilayah tersebut.

Penyebab utama munculnya sampah plastik di lingkungan laut adalah karena masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya. Berdasarkan laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam “Statistik Potensi Desa Indonesia” tahun 2021, hanya sekitar 19,40% dari penduduk membuang sampahnya di tempat sampah yang ditentukan. Sementara sekitar 80% lainnya masih membuang sampah sembarangan, seperti membuangnya ke dalam lubang, membakarnya, melemparkannya ke sungai, saluran irigasi, atau drainase.

Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah ini menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan masalah sampah plastik yang begitu besar di lingkungan laut Indonesia. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan upaya serius dalam meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Selain itu, pemerintah juga perlu mengambil tindakan yang lebih tegas dalam pengelolaan sampah, termasuk peningkatan infrastruktur dan kampanye edukasi yang lebih luas. Dengan demikian, dapat diharapkan bahwa masalah pencemaran sampah plastik di laut dapat diatasi secara lebih efektif di masa mendatang.

Upaya Pemerintah dan Harapan

Meskipun pemerintah Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk mengurangi pencemaran sampah plastik di laut, kenyataannya hingga saat ini, negara ini masih menghadapi tantangan yang signifikan dalam pengelolaan sampah di laut. Pada tahun 2021, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi pencemaran sampah plastik di laut sebesar 70 persen. Namun, melihat kondisi saat ini, upaya untuk mencapai target tersebut belum mencapai hasil yang memuaskan.

Jangka panjangnya, pemerintah Indonesia bahkan menetapkan target yang lebih ambisius, yaitu mencapai nol persen polusi plastik di Indonesia pada tahun 2040. Hal ini tentu merupakan langkah yang sangat positif dan mendukung upaya global untuk melindungi lingkungan laut. Namun, untuk mencapai target ini, diperlukan langkah-langkah konkret yang lebih efektif dan komprehensif dalam pengelolaan sampah plastik di negara ini.

Salah satu permasalahan utama yang masih dihadapi adalah infrastruktur pengelolaan sampah yang belum memadai di banyak daerah di Indonesia. Pengumpulan, pemrosesan, dan daur ulang sampah plastik masih menjadi tantangan di sebagian besar wilayah, terutama di daerah pedesaan. Selain itu, kesadaran masyarakat akan pentingnya pengurangan penggunaan plastik sekali pakai dan pengelolaan sampah yang benar juga masih perlu ditingkatkan.

Selain infrastruktur dan kesadaran masyarakat, peran industri dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan mendukung daur ulang juga menjadi faktor penting dalam penanganan masalah sampah plastik. Regulasi yang lebih ketat terhadap industri plastik, serta insentif untuk inovasi dalam pengemasan ramah lingkungan, dapat membantu mengurangi dampak sampah plastik terhadap lingkungan laut. Pengelolaan sampah plastik di laut adalah masalah yang kompleks dan memerlukan kerja sama yang erat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil. Permasalahan ini juga menuntut solusi yang berkelanjutan dan berkesinambungan agar target nol persen polusi plastik di Indonesia pada tahun 2040 dapat tercapai. Dalam konteks ini, upaya terus-menerus untuk meningkatkan kesadaran, infrastruktur, dan regulasi menjadi kunci dalam mengatasi permasalahan pengelolaan sampah plastik di laut di Indonesia. Semoga laut Indonesia kembali asri di mata pengunjungnya.

*Dosen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas. Padang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *