Tiok Kamari, Tiok Baurai Aia Mato: Derrida dalam Analisis Salah Satu Cerpen Nasrul Sidik Saputangan Sirah Baragi

Dekonstruksi merupakan salah satu teori mutakhir yang dianggap bisa menjelaskan teks secara filosofis. Oleh karena itu terkadang teori strukturalisme cendrung ditinggalkan, karena dianggap terlalu kaku. Selain itu perhatian strukturalisme juga terikat pada struktur dan sistem tertentu saja. Salah satu teori pengganti strukturalisme di antaranya terdapat konsepsi Derrida melalui dekonstruksisme.

Ilustrasi dalam Kumcer Nasrul Sidik: Saputangan Sirah Baragi

Teori Dekonstruksi diperkenalkan Derrida, seorang Filsuf Prancis. Ia lahir di Aljazair pada 1930. Pemikirannya berawal dari kecurigaan-kecurigaannya terhadap Tuhan, manusia, kebenaran, dunia, dan segala hal yang mengelumuni kehidupan. Derrida berusaha menemukan makna sendiri atas apa yang ia pertanyakan. Menurut Derrida, makna tidak langsung hadir dalam sebuah tanda. Maka dari itu perlu pemaknaan ulang serta berkelanjutan terhadap sebuah teks. Sebuah objek yang bersusun dari berbagai elemen mesti ada usaha pembongkaran.

Derrida

Dekonstruksi Derrida muncul karena pengaruh ketidakpuasannya terhadap pemikiran Saussure, dan Rolland Barthes. Hal ini terkait dengan teori oposisi binner. Menurut Saussure teks selalu terikat pada dua hal yang bertolak belakang. Jika ada penguasa, ada yang dikuasai. Ada miskin, ada kaya. Ada penjara, ada kebebasan, dll. Saussure memaknai teks melalui difference, petanda dan penanda. Petanda adalah konsep yang ingin disampaikan. Adapun penanda merupakan kata yang bertulis atau berucapkan. Bahkan perbedaan suara dan rasa dari kata dapat menjadi pembeda makna.

Kritikan Derrida terkait oposisi binner melahirkan difference. Bahwa tidak ada petanda absolut. Akan selalu ada celah kosong yang mesti berisi. Mesti ada makna setelah makna. Menurut Faruk celah itu dapat berisi dengan menjelaskan kembali tulisan para filsuf terdahulu. Dengan begitu seseorang akhirnya dapat menyajikan teks-teks baru. Memasukkannya melalui ruang-ruang kosong yang tidak dikatakan oleh teks tersebut.

Meskipun demikian, kelemahan utama oposisi binner mengakibatkan kebenaran tidak beralternatif. Kebenaran menjadi tunggal. Sementara kebenaran itu perlu pilihan-pilihan lain. Perlu kebenaran lain setelah kebenaran yang telah ada. Oleh karena itu perlu usaha untuk membuka setiap selubung yang menutupi kebenaran itu. Salah satunya melalui terus mempertanyakan, dan menolak sistem baku yang telah orang banyak pahami secara konvensional.

TKTBAM

Contoh kerja dekonstruksi ini akan penulis urai pada analisa cerpen Tiok Kamari…Tiok Baurai Aia Mato (TKTBAM). TKTBAM merupakan salah satu prosa Nasrul Siddik dalam karyanya Saputangan Sirah Baragi.  Pendekatan dekonstruksi ini mencoba melacak stuktur dan strategi pembentuk makna pada balik tiap teks. Dekonstruksi Derrida ini akan berusaha membongkar sistem perlawanan-perlawanan utama yang bersembunyi di dalamnya. Setelah itu, akan tampak pelepasan makna konvensional pada teks. Ada teks di balik teks. Cerpen TKTBAM pada kumcer Saputangan Sirah Baragi, terbit pada 1966 oleh Genta. Sebelum sampai pada penggunaan teori dekonstruksi, maka perlu penulis beri ringkasan akan cerita TKTBAM.

Pada suatu malam, kira-kira pukul dua tengah malam. Hujan turun sangat lebat. Suasana di sekitar kuburan Taman Pahlawan sangat lengang. Kemudian keluarlah si Radjab dari kuburannya. Lalu ia membangunkan si Pono. Si Pono terlihat sangat lelah, karena ia begitu letih berjalan ke Jakarta melihat mentri bersidang kemarin. Sambil duduk di atas kuburan mereka masing-masing. Si Pono bercerita. Kemarin ia mendengar dan mellihat mentri membahas tentang persiapan menyambut Hari Pahlawan.

Sudah biasa para pejabat negara melakukan upacara. Berpidato dan menebar bunga di kuburan-kuburan pahlawan. Mereka datang dengan penampilan sangat gagah dan menarik. Berbeda penampilan ketika Si Pono dan Si Radjab ketika muda. Mereka justru lebih peduli bagaimana berjuang melawan Belanda sampai darah penghabisan.

Sayang. Setelah 17 tahun mereka berjuang. Ternyata masih banyak masyakat yang kelaparan. Mereka tidur di bawah jembatan. Bahkan keluarga para pejuang kemerdekaan sendiri banyak hidup dalam kesusahan. Entah apa arti peringatan Hari Pahlawan kini.

Dekonstruksi TKTBAM

Penerapan dekonstruksi akan saya mulai dengan menunjukkan pernyataan atau teks yang menarik dalam cerpen ini. Misal ketika Si Radjab keluar dari kuburnya. “Kudian tampaklah urang tu kalua dari kubuanjo…” (78).  Selama ini kita memahami bahwa kuburan merupakan tempat dimana jasad bersemayam. Ketika jasad telah masuk ke dalam kubur. Semua aktifitas fisik akan berhenti. Tidak mungkin jasad masih bisa bergerak. Apa lagi bisa keluar masuk kuburan sendiri semaunya. Namun dalam teks kita temukan pernyataan, “Aden lah latiah bajalan kian kamari, kapatang aden pai ka Djakarta maliek mantari-mantari awak sadang basidang..” (78).

Teks-teks dalam TKTBAM ini telah melampauhi batas makna. Makna yang dipahami sang pengarang yang menempatkan orang mati sekalipun akan protes atas kondisi hari ini. Nasrul Siddik melalui teks-teks tersebut berusaha menyadarkan. Para wakil rakyat mesti memperlakukan negara dan warga-negara dengan baik. Ingatan akan peran para pejuang ia kembalikan. Bahwa sesungguhnya yang mati itu berupa jasad. Tapi jasa mereka masih hidup. Sayangnya jasa perjuanganitu mereka nikmati sendiri, tanpa mengikutkan rakyat.

Kata mantari atau menteri dalam teks TKTBAM sesungguhnya bukan sekedar status. Ia melekat tanggung jawab yang mesti dipertaruhkan atas nama aspirasi-aspirasi masyarakat. Dengan adanya menteri menurut Nasrul Siddik selayaknya masyarakat bisa makmur. Sayangnya tidak terjadi. Para menteri malah melakukan apapun demi kepantingan diri dan kelompoknya saja. Tesis ini diperkuat dengan pujian dan pidato mereka kala memperingati Hari Pahlawan di Taman Pahlawan.

Kepura-puraan

Pidato bagi seorang menteri merupakan salah satu cara menyampaikan ide-ide politiknya. Entah itu mengambil muka, atau minta dukungan pada pemilihan berikutnya. Yang jelas di depan kuburan para pejuang sekalipun, kepura-puraan tealah menteri lakukan. Mengapa berpura-pura? Realitas setelah 17 tahun setelah merdeka. Masyarakat yang diperjuangkan Sang Pahlawan hidupnya masih banyak yang miskin.

Alun sanang lai urang di dunia Radjab. Di Djakarta banyak urang nan lalok di bawah djambatan, tapi banyak pulo nan basedan, barumah santiang. Ado nan mintak-mintak untuk nan kadimakan tapi ado pulo nan tjepak tjepong makan balimpah ruah, sampai-sampai tabuang mubazir sadjo” (81).

“…nama nan lalok di kaki limo lalok lah. Nama nan kadinginan di bawah djambatan kadinginan lah!. Nan manangih manangih djuo…. Nan litak bak djanjo nan litak, nan kanjang bak djanjo nan kanjang” (81).

Teks-teks dalam TKTBAM memperlihatkan kesenjangan sosial yang terjadi di seluruh kawasan Indonesia. Jakarta sendiri. Pusat kekuasan pemerintah  justru terjadi kemelaratan, dan kelaparan akut. Rakyat miskin hidup di bawah kolong jambatan. Namun pemandangan itu seakan biasa bagi menteri-menteri, atau wakil rakyat. Jakarta seakan menjadi simbol keangkuhan. Ruang ketidakpekaan pejabat negara terhadap kemiskinan rakyat.

Pada penutup dalam teks TKTBAM. Ada negasi dari penyelewengan-penyelewengan yang terpahami. Bahwa hanya keluarga para pahlawan yang merasa kehilangan. Hanya mereka yang bersungguh-sungguh berdoa di makam-makam pahlawan. Namun mereka pula yang tidak dipedulikan wakil rakyat. “Apak, mande kanduang awak, adiak2 awak dan dunsanak awak nan awak tinggakan, nan hampia tiok bulan datang maliek awak ka mari, banyak nan mularaik. Babadju tjabiak2. Tiok kamari, tiok baurai aia mato….” (82).

Simpulan

Cerpen Tiok Kamari….Tiok Baurai Aia Mato, karya Nsrul Siddik ini banyak memiliki teks bertolak belakang dengan pendangan umum. Tidak logis. Jauh dari kenyataan. Namun keanehan-keanehan memuat unsur kebenaran. Ketidaklogisan menjadi selubung kebenaran.

Cerpen TKTBAM adalah alat kritik Nasrul Siddik kepada pejabat negara. Ia mengingatkan mereka, bahwa para pahlawan di kubur mereka pun mengeluh atas kinerja mereka. Masyarakat yang mereka pimpin banyak yang melarat. Tidak hanya di Jakarta. Nagari Awak pun kemelaratan itu cuma menjadi tontonan wakil rakyat.

Padahal bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai pahlawannya. Cerpen TKTBAM ingin membuka mata pembaca. Untung-untung sampai pada wakil rakyat. Bahwa warga yang mereka pimpin masih banyak hidup melarat. Bahkan keluarga para pejuang sendiri. Harapannya tentu munculnya kesadaran para pejabat negara untuk lebih peduli dengan kemakmuran rakyatnya sendiri.

4 thoughts on “Tiok Kamari, Tiok Baurai Aia Mato: Derrida dalam Analisis Salah Satu Cerpen Nasrul Sidik Saputangan Sirah Baragi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *