Olahraga Buru Babi Sabana Sero! Dari Tradisi ke B2-Sport?

Kato.idTradisi dalam masyarakat kita tak sekedar warisan masa lalu. Warisan itu tak melulu membuat kita terkukung karena kesakralannya. Banyak tradisi kita justru memberi ruang untuk dikembangkan secara lebih luas dan lepas. Salah satunya tradisi berburu babi di Minangkabau.

Babi adalah hama kaum tani di Ranah Bundo Kanduang ini. Petani terkadang gusar karena panennya rusak tersebab binatang satu ini. Jagung. Kacang. Bahkan padi pun mereka kuncai bila sedang musim beranak. Tak heran para penduduk pun mengadakan kegiatan berburu babi guna melindungi tanamannya.

Tetapi upaya perburuan itu lambat laut menjadi semacam tradisi yang terus berkembang. Tradisi ini telah berubah. Ia tak lagi sekedar berburu masyarakat Minangkabau. Justru kini tradisi itu menjadi semacam olahraga bagi pecandunya. Dan olahraga buru babi sabana sero. Bagi mereka yang ikut sekali, sudah pasti akan ketagihan untuk kedua kali, dan selanjutnya.

Kapan?

Kapan persisnya tradisi berburu babi bermula? Tak ada yang tahu persis angka tahunnya. Berburu babi sudah ada sejak lama dalam masyarakat Minangkabau.

Foto koleksi Tropen Museum: KITLV_-_151108_-_Fotografer-Demmeni,_circa_1910.

Salah satu foto lama yang menunjukkan tradisi ini berasal dari koleksi Tropen Museum, Belanda. Foto berangka tahun 1910. Informasi foto menunjukkan kegiatan berburu babi masyarakat Tilatang, dekat Fort de Kock atau Kota Bukittinggi sekarang.

Pada foto ini dapat kita saksikan beberapa hal menarik. Tampak seekor babi besar berhasil pemburu tangkap. Sebagaimana ikonnya, babi mereka ikat keempat kakinya, dan gantung pada sebatang kayu. Nantinya, babi akan mereka gotong ke pemukiman, entah untuk apa. Bisa jadi santapan kaum Eropah, atau makanan anjing pemburu.

Gambaran foto memberi tahu kita ada banyak orang terlibat dalam perburuan. Ada sekitar 50-an orang lebih ikut kegiatan berburu babi. Mereka terdiri dari bumiputera sebagian besar, dan dua orang Indo atau Eropah memegang tombak. Terlihat satu orang bumiputera memegang senjata api. Sementara bumiputera lainnya menggunakan kayu runcing. Suara rarau (memancing babi keluar atau lari). Dan seeokor anjing yang tampak cuek di samping seorang pemburu.

Tampak juga anak-anak ikut dalam buru babi ini. Keduanya bergaya santai dengan tangan di pinggang menunjukkan keberanian. Mereka tanpa rasa takut berdiri dekat babi yang sedang menguik pasrah.

Tempat masyarakat berburu babi tampaknya berada pada salah satu lereng perbukitan Tilatang. Lereng itu nampak penuh semak-semak tempat babi suka menghuni dan beranak. Pada sebelah atas foto terlihat semak-semak lokasi si babi biasa nongkrong.

Pada foto lain, masih koleksi Tropen Museum berangka tahun 1938. Foto ini berasal dari kegiatan perburuan masyarakat Airhaji, Painan. Kegiatan berburu babi tampaknya sudah usai. Para pemburu pulang membawa hasil buruannya, seekor babi relatif besar dan dewasa. Tampak terikat dan digotong memakai sebatang kayu. Tampak si babi terayun-ayun dengan usus terburai. Sementara si pemburu tampak tersenyum simpul dengan hasil buruannya.

Foto koleksi Tropen Museum: KITLV_A569

Kini

Kegiatan berburu babi marak setelah peristiwa G30S/1965, yakni pada masa awal Orde Baru. Majalah Aneka Minang tahun 1971 menurunkan satu sesi tentang berburu babi di Sumatera Barat.

Kegiatan buru babi dapat menjadi satu kegiatan wisata (hunting tourism). Kegiatan ini bagaimanapun melibatkan puluhan, bahkan ratusan peserta yang bila pemerintah jeli dapat meningkatkan ekonomi masyarakatnya. Apalagi, menurut redaktur Aneka Minang, kegiatan berburu babi bersifat rutin dan bergilir tiap minggunya. Hal ini tentu akan membuat ekonomi masyarakat setempat terangkat.

Seiring perkembangan sekarang yang membuat berburu babi sebagai kebiasaan yang menjadi contoh daerah lain, bahkan di Jawa. Kegiatan berburu babi bisa jadi dapat naik kelas sebagai sebuah iven olahraga. Atau semacam pertandingan olahraga berburu babi antar-provinsi (B2-Sport) misalnya.

Bagaimanapun kini kegiatan berburu babi pun telah ada organisasi yang memayunginya, yakni Persatuan Olahraga Buru Babi (PORBBI). Oleh karena ini, pertandingan olahraga B2-Sport merupakan hal yang niscaya. Sama halnya pertandingan E-Sport yang cuma mengadu ketangkasan para gamers tanpa kita tahu apa bentuk kegiatan fisiknya. (kt.id/ya).

3 thoughts on “Olahraga Buru Babi Sabana Sero! Dari Tradisi ke B2-Sport?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *