Galetek Minang (1)

Kato.id. Halo sobat semua. Pada edisi kini dan akan datang. Kato.id akan menampilkan cerita unik, menarik, dan mendatangkan geli pada kalian semua. Kami akan kutip kembali berbagai ragam cerita perintang-rintang hari orang saisuak. Cerita ini harapannya bisa mendatangkan keringanan beban pikiran sobat semua. Semoga setelah membaca cerita Galetek Minang (GM) ini semua masalah kalian dilempangkan Tuhan YMK, ya. Selamat membaca.

Kisah 1

“Abu..Abu! Lekas bangun! Lihatlah matahari telah tinggi”, seru Ibu si Abu membangunkan anaknya.

“Yaa…Ibu!” jawab si Abu, tetapi selimut ia tarik kembali menutupi tubuhnya.

“Pemalas!” seru ibunya sekali lagi sambil menghela selimut si Abu. “Ayuhh lekas bangun. Nanti kalau engkau sudah mandi, akan aku ceritakan sebuah kisah kepadamu.”

Dengan segera si Abu pergi mandi. Tak lama kemudian duduklah ia dekat ibunya.

“Adalah seorang tani,” begitulah Ibu si Abu memulai kisah itu. Pada satu hari, sebelum matahari terbit, pergilah ia ke sawahnya akan bekerja. Tiba-tiba terlihat olehnya pada setengah jalan sebuah dompet. Ketika ia buka dompet itu, tampak olehnya sehelai wang kertas seribu rupiah (ed. masa itu  uang seribu sama dengan nilai 10 juta sekarang).

Sejak itu ia tak susah lagi bekerja, karena Pak Tani tadi telah kaya. Sebab itu Abu, engkau hendaklah bangun pagi-pagi benar, supaya engkau kaya pula nanti, kata Ibu Abu menasehati anaknya.

“Tetapi Ibu”, jawab si Abu, “tentu orang yang lebih pagi bangun dari Pak Tani itu yang kehilangan wang kan. Jadi ia bukan menjadi kaya, melainkan jatuh miskin. Sebab itu aku tak akan bangun pagi, karena tentu aku akan kehilangan apa-apa pula,” kata si Abu masuk kamar. (Kisah Julius, Solok dalam Pelipoer Hati, Januari 1935).

Kisah 2

Cucu Tuan Abud si Jus waktu Sekolah Rakyat amatlah nakalnya. Sebab nakalnya, satu kali Encik Guru berkata.

“Yus, kalau kau terus saja senakal ini alangkah baiknya, kalau aku jadi ibumu supaya juga di rumah kau dapat ku ajar.”

Si Yus. “Bagi saya sama saja, Ncikk…Tapi saya belum tahu apa ayah ada suka…” (Pelipoer Hati, 1935).

(Ondeh Si Yus pikir itu guru Pebinor sekarang…)

Kisah 3

Si Min seorang anak yang botok. Pada suatu hari guru mencoba menahan amarahnya dengan sedapat-dapatnya seraya ia berkata.

“Min, Rupanya kau betul-betul tidak berotak. Hm. Ini uang setali! Pergilah beli otak ke rumah obat!” Sambil guru mengeluarkan uang setali dari dompetnya.

Si Min mengambil uang  itu, lalu ia pergi. Sampai ia di pintu ia menoleh ke belakang ke arah guru serta bertanya.

“Engku, kalau ditanya nanti untuk siapa otak itu. Apakah jawab saya? Saya katakan untuk saya atau untuk guru?” (Pelipoer Hati, 1935).

(Untuak sia lai Min…ya untuk…ups!)

Sekian dulu para Sobat Riang semua. Semoga tiga kisah GM di atas mencerahkan hati kalian semua. Salam. (kt.id/ya).

2 thoughts on “Galetek Minang (1)

  1. Usually I do not read post on blogs, but I would like to say that this write-up very forced me to try and do it! Your writing style has been amazed me. Thanks, quite nice post.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *