Galetek Minang 2

Hai dunsanak. Berjumpa kembali melalui Galetek Minang. Kali ini kami akan membawa Dunsanak pada beberapa cerita lucu berasal Pelipoer Hati. Semoga hari Minggu mu penuh kelucuan ya.

Salah pengertian

Dalam seboah doesoen jang djaoeh dari kota, adalah seorang-orang berlepau, namanya Datoek Nan Kodoh. Dilepaunja itoe ada seorang menompang bermalam, Malim Moehamad namanja.

Keesokan harinja Malim Moehamad pergi berdjalan-djalan kedoesoen lain. Ketika itoe datanglah ke lepau itoe seorang koelit poetih jagn sedang kehaoesan, laloe bertanja, “Ada limonaad?”

Djawab Datoek Nan Kodoh jang koerang mengerti akan pertanjaan toean itoe, “Malim Moehamad pergi berdjalan-djalan toean.”

Tanja orang koelit poetih itoe poela, “Siroop?”

Datuk Nan Kodoh mendjawab, “Kemana poela akan ditoeroet, sebab ia berdjalan djaoeh, tambahan poela hari sangat panas.”

Sebab panas hati toean itoe, karena sangkanja ia diperolok-olokkan orang lepau itoe, iapoen berkata dengan kesal hatinja, “Melajoe bodoh!“.

Oedjar Datoek Nan Kodoh poela, “Betoel terka toean, nama saja Datoek Nan Kodoh“.

Bagaimanakah hatinja dengan toean itoe? Karena…ia poen berdjalan sadjalah, sebab ta’ soeka lagi ia bersoal djawab dengan orang…itoe (Cerita Ramoeis, HIS Pajakoemboeh).

Kalau Anak Sangat Loeroes

“Katakan bapa telah pergi djaoeh, nak,” kata Pa’ Ahmad kepada anaknja jang sedang asjik bermain-main dihalaman roemahnja. “Djikalau ada seseorang bertanya kepadamoe,” laloe ia masoek kedalam roemah bersemboenji dalam bilik.

Sedjoeroes antaranja datanglah seorang Tjeti (tukang  pemberi pinjaman) ketempat anak itoe bermain, bertanjakan bapanja. “Dimana bapamoe?”

“Bapa berpesan, ia pergi djaoeh,” djawab anak itoe.

“Pergi djaoeh?” kata Tjeti itoe sambil mengerentjoetkan alis matanja. “Kemana ia soedah pergi?”

“Ia bersemboenji dalam bilik,” djawab anak itoe. (Tulisan Badroel Taman).

Bagaimana Djatoehnja Tadi

Si Sitti menanting kopi doea mangkoek oentoek iboenja, jang sedang bertjakap-tjakap dengan seorang tamoe diberanda moeka.

Tiba-tiba terlepas dari tangan si Sitti mangkoek itoe seboeah, laloe djatoeh, hingga petjah. Melihat itoe iboenja marah dan dengan rentaknja iapoen bangkit dari doedoeknja, sambil katanja, “Bagaimana poela djatoehnja tjangkir itoe tadi?”

“Begini iboe,” sahoet Si Sitti jang gemetar ketakoetan, serta didjatoehkannja poela tjangkir jang seboeah lagi.

Cadiek

Goeroe: “Seboetkanlah empat ekor binatang boeas, Noer!”

Noer: “Doea ekor singa dan doea ekor harimau, Engkoe!”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *