Umat Islam di Indonesia Abad XX (Bagian I)

Kato.id/ 13 Juli 2023. (Pembaca, Kato.Id akan menayangkan serangkaian tulisan dari Sdr. Yudhi Andoni, dosen sejarah Unand, Padang, terkait sejarah Islam di Indonesia. Tersebab artikelnya terlalu panjang, maka kami akan menyuntingnya sehingga akan menjadi lebih berseri. Tulisan Sdr. Andoni akan kami terbitkan setiap tiga hari sekali. Selamat membaca, dan semoga mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Redaksi)

Oleh
Yudhi Andoni
(Dosen Sejarah, FIB, Unand)

Bertemu lagi hal pembelajar sejarah. Pertemuan kali ini kita akan membincangkan seperti apa gambaran Umat Islam Indonesia awal abad keduapuluh itu? Umat Islam menjadi warga bangsa penting ketika mereka mampu memainkan peran dalam perubahan sosial kala itu. Abad keduapuluh adalah abad perubahan. Siapa yang dapat mengikuti gelombang perubahan akan mendapatkan kemajuan. Umat Islam Indonesia menjadi agensi perubahan di Indonesia pada abad keduapuluh. Tapi seperti apa kehidupan umat Islam itu? Kenapa ada istilah Islam Kiri? Siapa saja tokohnya? Apa yang telah mereka lakukan? Mari simak penjabaran saya dalam pertemuan ketiga kuliah kita di mata kuliah Sejarah Islam di Indonesia kali ini.

Pendahuluan

Abad keduapuluh di Indonesia, yakni sepanjang periode 1900 sampai 1942 disebut juga dalam sejarah sebagai era Negara Kolonialisme Belanda. Tahun 1900 menjadi titik awal terkonsolidasikannya kekuasaan kolonial Belanda pasca berbagai penaklukan dan terintegrasinya berbagai bekas kerajaan-kerajaan lama Nusantara. Negara kolonial ini akhirnya tumbang setelah dikalahkan Jepang pada tahun 1942.

Selama hampir setengah abad itu, Umat Islam Indonesia menemukan jalan baru pembentukan identitas mereka. Sepanjang periode ini terdapat identitas yang jelas dari Umat Islam Indonesia. Peneguhan identitas mereka tidak bisa dilepaskan dari perkembangan Dunia Islam yang bergejolak.

Gejolak Umat Islam dunia terutama disebabkan, pertama, runtuhnya kekhalifahan Ustmani atau Ottoman di Turki. Bagi sebagian besar kalangan Umat Islam di Indonesia, kekalifahan itu merepresentasikan simbol satu Islam di dunia. Oleh karena keruntuhannya itu menyebabkan, gejolak kedua berupa pencarian baru seperti apa identitas Umat Islam di era dunia modern waktu itu. Dan ketiga, jatuhnya Umat Islam dalam kolonialisme bangsa asing yang menyebabkan berbagai benturan kepentingan politis, agama, budaya, dan lain-lain dengan kebijakan eksploitasi dan segregasi kolonial.

Jalan baru pembentukan identitas Umat Islam pasca kejatuhan kekhalifahan Turki Ustmani itu bersimpang pada arah nasionalisme, komunisme, dan Pan-Islamisme.

Gerakan Pan-Islamisme sendiri adalah usaha membentukan kekhalifahan universal yang mengatasi ruang-ruang sosial, suku atau etnis, dan wilayah. Usaha ini menggunakan berbagai jejaring dalam dunia Islam, seperti haji dan dunia pendidikan. Diantara tokoh gerakan Pan-Islamisme ini adalah Jamaluddin al-Afghani (1838-1897 M) (Malaka, 1922; Nasbi, 2019).

Gejolak dan berbagai arah baru pergerakan Umat Islam Dunia itu turut mengubah Umat Islam di Indonesia kala itu yang tengah berada di tengah politik eksploitasi dan segregasi kolonial Belanda. Kebijakan kolonialisme Belanda itu telah membentuk berbagai pergerakan umat Islam dalam bidang-bidang kehidupan, semisal politik, budaya, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain.

Pergerakan umat Islam Indonesia yang dipengaruhi situasi internasional dan lokal kala itu telah melahirkan berbagai praktik-praktik sosio-keagamaan. Praktik-praktik itu diantaranya adalah Pemberontakan Anti-Kolonial; Gerakan Pembaruan; Gerakan “Kiri Islam”; Gerakan Islam dan Kebangsaan; serta Gerakan Sosio-intelektual yang melahirkan organisasi seperti Muhammadiyah, NU, dan banyak lagi.

Berbagai pergerakan Umat Islam Indonesia pada periode kolonial Belanda juga melahirkan tokoh-tokoh penting yang menjadi pendukung negara Indonesia. Mereka meski pada awalnya ada dalam persimpangan jalan dengan tafsir Islam sebagai ideology yang beragam, pada akhirnya mencapai satu konvergensi dengan memperjuangkan kehadiran entitas negara bangsa bernama Indonesia.

Bibliografi

Ariwibowo, T. (2021). Strategi Perang Semesta: Pertempuran Pangeran Diponegoro Menghadapi Belanda 1825-1830. Syntax Literate ; Jurnal Ilmiah Indonesia, 6(5). https://doi.org/10.36418/syntax-literate.v6i5.2742
Azyumardi Azra, 1955-. (2004). Jaringan ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara abad XVII dan XVIII : melacak akar-akar pembaruan pemikiran Islam di Indonesia (Ed. rev. cet. 1). Kencana.
Bahiej, A. (2006). Sejarah dan Problematika Hukum Pidana Materiel di Indonesia. Sosio-Religia, 5(2).
Malaka, T. (1922). Komunisme dan Pan-Islamisme. Yayasan Massa, 1922.
Masri, H., Suprayitno, S., & Ratna, R. (2018). War Strategy Done by Gayo and Alas People Against Dutch Colonial (1901-1912). Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal) : Humanities and Social Sciences, 1(2). https://doi.org/10.33258/birci.v1i2.10
Mulya, L.-. (2018). KEBIJAKAN MARITIM DI HINDIA BELANDA: Langkah komersil pemerintah kolonial. MOZAIK: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Dan Humaniora, 7(1). https://doi.org/10.21831/moz.v7i1.5543
Nasbi, I. (2019). JAMALUDDIN AL-AFGHANI (PAN-ISLAMISME DAN IDE LAINNYA). Jurnal Diskursus Islam, 7(1), 70–79. https://doi.org/10.24252/JDI.V7I1.9805
Nasuhi, H. (2020). Tasawuf dan Gerakan Tarekat di Indonesia Abad ke-19. Refleksi, 2(1). https://doi.org/10.15408/ref.v2i1.14387
Noupal, M. (2016). Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia Abad 19 dari Ortodoksi ke Politisasi. Intizar, 22(2). https://doi.org/10.19109/intizar.v22i2.943
Prasadana, M. A. F., & Gunawan, H. (2019). KERUNTUHAN BIROKRASI TRADISIONAL DI KASUNANAN SURAKARTA. Handep: Jurnal Sejarah Dan Budaya, 2(2). https://doi.org/10.33652/handep.v2i2.36
Tedy, A. (2017). TAREKAT MU’TABAROH DI INDONESIA (Studi Tarekat Shiddiqiyyah dan Ajarannya). El-Afkar, 6.
Utami, I. W. P. (2015). Monetisasi dan Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Jawa Abad XIX. Sejarah Dan Budaya, 09(01).
Van den Avenne, C. (2021). Colonialisme. Langage et Société, Hors série(HS1). https://doi.org/10.3917/ls.hs01.0048
Zainurofieq, Z. (2021). Gerakan Politik Kaum Tarekat dalam Sejarah Indonesia. Jurnal Iman Dan Spiritualitas, 1(4). https://doi.org/10.15575/jis.v1i4.15027.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *