Keren! Hadapi Disrupsi Budaya: Pemudi Jorong Kuok III Koto Belajar Petatah-Petitih Minang

Generasi muda Indonesia, khususnya Minangkabu, merupakan objek lemah dari keburukan globalisasi. Mereka dikepung berbagai nilai-nilai yang berada di luar akar kultural mereka. Munculnya perilaku menyimpang generasi muda Minangkabau kini merupakan salah satu bahaya laten  dari hilangnya sebuah akar kebudayaan yang adiluhung di masa depan. Barangkali, tidak perlu menunggu lama untuk sampai ke sana. Bisa jadi dalam 10 tahun, 15 tahun, bahkan 5 tahun lagi mereka tak tahu lagi di Nan Ampek! Perlahan tapi pasti. Senyap tapi melenyapkan.

Kato.id. Disrupsi budaya merupakan fenomena jamak dalam masyarakat terbuka sekarang. Arus orang dan informasi melalui media sosial atau jaringan internet tak bisa kita bendung. Usaha menutup seluruh saluran informasi bak menahan belut lari pakai jari. Ada sela besar membuat belut lepas dari tangkapan. Demikian jua mengukung anak-anak muda generasi melek teknologi kini (native digital) agar tak terpengaruh budaya negatif dunia maya. Bagaikan menahan belut dengan tangan.

Salah satu jalan anak-anak muda Minangkabau tak menjerembab kubangan budaya luar adalah melalui pengenalan kembali adat budaya mereka sendiri. Mereka mesti memiliki bekal kuat kala keluar dari area budaya sendiri. Baik kala menjalani proses perantauan, atau pendewasaannya kelak. Pembekalan itu yang Novi Yulia dan kawan-kawan lakukan di Jorong Kuok III Koto, Nagari Matua Mudiak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Workshop

Peserta workshop petatah-petitih tampak takzim mendengarkan

Yulia bersama kawan-kawan sekampungnya menyelenggarakan workshop petatah-petitih Minangkabau pada para pemudi di Jorong Kuok III Koto. Workshop ini khusus untuk para gadis remaja, dan ibu-ibu muda. Mereka sebagai fondamen pembenaman karakter keminangkabauan pada generasi masa depan Minangkabau.

“Belajar petatah-petitih di zaman kini adalah kemestian para perempuan yang akan menjadi Bundo Kanduang. Suluah bendang dalam nagari,” jelas Novi Yulia pada kato.id.

“Kepada siapa dan dimana lagi generasi mendatang mendapatkan nilai-nilai dan karakter yang sesuai norma keminangkabauan kita? Kalau itu tak pembelajaran dari Mandeh mereka di rumah? Sekurang ajarnya seorang anak di ranah ini, tak akan berani mereka membentak Mandehnya. Nah para mandeh muda atau calon mandeh itulah yang kita bekali mereka dengan pengetahuan adat yang kaya dalam petatah-petitih Minangkabau.  Harapannya di sela-sela menimang-nimang sang anak. Atau kala meninabobokan anak-anaknya. Para Mandeh muda atau calon Mandeh itu dapat mentransfer kearifan. Kearifan yang mereka dapat dalam workshop petatah-petitih Minangkabau ini pada anak mereka,” bilang Yulia panjang lebar.

Maka sasaran kegiatan workshop petatah-petitih Minangkabau ini, menurut Yulia adalah perempuan muda Jorong Kuok III Koto yang berusia 17-30 tahun. Remaja putri atau ibu-ibu muda. Mereka akan diberikan pengetahuan sekaligus pemahaman petatah-petitih Minangkabau dalam rangka penguatan nilai keminangkabauan mereka sendiri, sekaligus menjadi bahan pengajaran pada anak-anak mereka kelak.

Bermanfaat

Harapannya melalui worskhop petatah-petitih Minangkabau pada para perempuan nagari ini dapat dipetik berbagai manfaat. Yulia berharap para perempuan di Nagari Matua Mudiak, khususnya Jorong Kuok III Koto dapat menjadi bagian dari penjaga adat melalui pemahaman mereka dalam hal petatah-petitih Minangkabau. Ada proses terciptanya alih waris baru petatah-petitih Minangkabau dalam masyarakat. Meski bersifat angan, tapi Yulia optimis akan muncul ahli adat Minangkabau dari kalangan perempuan sebagai bagian dari kemajuan zaman. “Kenapa tidak?” sebutnya, “kan tak ada larangan soal ini dalam agama?

Peserta workshop petatah-petitih terlihat serius menyimak.

Kegiatan Workshop Petatah-Petitih Minangkabau Untuk Pemudi Jorong Kuok III Koto, Nagari Matua Mudiak merupakan bagian dari program fasilitasi Balai Pelestarian Nilai-Nilai Budaya (BPNB) Padang tahun 2021. BPNB sebagai institusi pelestarian budaya, khususnya Minangkabau sejak lama berperan aktif memfasilitasi berbagai kegiatan kebudayaan, salah satunya melalui bantuan kegiatan worskhop ini, sebut Undri, S.S., M.Si selaku Kepala BPNB Padang.

Workshop sendiri telah usai dilaksanakan di akhir Desember 2021 lalu. Kegiatan berjalan selama delapan kali pertemuan dengan narasumber Khatib Panji Alam. Beliau adalah tokoh adat Jorong Kuok III Koto, sekaligus mantan walijorong. Peserta workshop berasal dari berbagai daerah yang masih dalam lingkup Nagari Matua Mudiak. Berdasarkan pantauan kato.id, kegiatan workshop berjalan baik dan sukses. Para peserta yang umumnya ibu-ibu muda tampak antusias mendengarkan, sekaligus bertanya tentang berbagai hal tentang adat Minangkabau.

“Harapan saya dan kami para pemudi Jorong Kuok III Koto ini, tentu di tahun depan, 2022 nanti, BPNB masih tetap memberikan fasilitasi berupa pembiayaan kegiatan kebudayaan di negeri kami,” harap Yulia menutup perbincangan dengan kato.id. Semoga. (kt.id/ya).

Lihat vidio workshop di sini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *