Borobudur Bukan Buat “Sobat Miskin”?

(kato.id). Netizen Indonesia gaduh. Mereka membaca berbagai postingan tentang mahalnya berkunjung ke kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Sebelumnya beredar info pengelola Candi Borobudur menerapkan kebijakan tiket yang harganya selangit. Bagi pengunjung hendak ke Candi Borobudur mesti merogoh kocek sebesar Rp. 750.000,-. Sementara sebelumnya pengunjung cuma dikenai tarif Rp. 50.000,-

Tingginya tiket masuk itu serasa memberatkan. Apalagi masyarakat dari luar daerah yang telah menghabiskan dana untuk berkunjung ke Candi Borobudur. Mereka mesti pula membayar mahal menikmati tinggalan sejarah berharga Indonesia dan dunia ini. Maka dari itu, suara-suara mengritik kebijakan pengelola kawasan Candi Borobudur begitu menggema di ruang maya. Banyak netizen bahkan menunjukkan kemarahan mereka atas kebijakan itu.

Karut-marut akan biaya tiket itu sampai pada level mengganggu dan memicu sentimen SARA dalam perbincangan warga net. Sebagian mereka menyebut candi tinggalan abad ke-8 M ini sebagai berhala. Lainnya mengaitkan tingginya harga tiket dengan kebangkrutan negara karena hutang yang tinggi. Pada linimasa media sosial semacam FB, Twitter, Instagram, dan Tiktok, warga net Indonesia bahkan banyak menyerukan agar memboikot Candi Borobudur.

Protes

Protes itu coba dijawab pengelola kawasan Candi Borobudur. Mereka meluruskan berita salah yang berkembang dalam masyarakat. Dalam rilis mereka ke berbagai media. Pengelola menyebutkan biaya Rp. 750.000,- itu khusus untuk pengunjung yang hendak menaiki candi sampai ke stupa. Sementara para turis asing yang hendak ke Stupa juga membayar lebih mahal, yakni 100 dolar. Adapun biaya masuk ke kawasan Candi Borobudur tidak ada perubahan. Tiket masuk tetap, yakni Rp. 50.000,- untuk dewasa, dan Rp. 25.000,- untuk anak-anak.

Adanya biaya menaiki Candi Borobudur sampai ke puncak menurut pengelola gunanya membatasi pengunjung. Selama ini ribuan pengunjung menaiki puncak candi, sementara kekokohan candi ini tidak memungkinkan ribuan orang dalam satu tempat pada candi. Takutnya tanpa pembatasan maka Candi kebanggaan Indonesia di dunia itu satu waktu akan rubuh karena orang berdesak-desakan. Namun pengelola tempat wisata ini menyebutkan bahwa kebijakan itu dapat ditinjau kembali bersama pemerintah.

Meskipun ada biaya selangit sebagai antisipasi membludaknya pengunjung. Tak sedikit netizen protes dan mengritik cara pembatasan yang dilakukan pengelola. Kalau memang ada pembatasan untuk menaiki, kan cukup dengan aturan jumlah atau kuota perhari berapa yang boleh naik sampai ke puncak candi. Tapi dengan pembatasan melalui harga selangit itu, seakan kalian “Sobat Miskin” hanya bisa mimpi menikmati keagungan cipta karya nenek moyang kita (kt.id/Dari berbagai sumber).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *